Bangun Jam 4 Pagi Tiap Hari, Anak 17 Tahun Ini Giat Jualan Bubur Kaki Lima

Bangun Jam 4 Pagi Tiap Hari, Anak 17 Tahun Ini Giat Jualan Bubur Kaki Lima

Atiqa Rana - detikFood
Kamis, 18 Des 2025 15:30 WIB
Bangun Jam 4 Pagi Tiap Hari, Anak 17 Tahun Ini Giat Jualan Bubur Kaki Lima
Foto: Mothership.sg
Jakarta -

Kisah anak laki-laki 17 tahun ini cukup berbeda dengan anak seumurannya. Di umurnya yang masih belia ia memilih untuk jualan bubur kaki lima.

Di sebagian besar negara, mereka yang berusia 17 tahun masih dikategorikan sebagai 'anak-anak'. Oleh karena itu mereka tidak diwajibkan bekerja dan lebih baik fokus terhadap pendidikannya.

Namun tidak semua anak 17 tahun sama. Beberapa justru sudah bekerja sejak usia dini entah karena kemauan sendiri untuk mencari pengalaman atau karena keadaan. Pekerjaan yang dipilih beragam, tetapi tidak sedikit yang memilih untuk berjualan makanan, seperti anak laki-laki di Singapura ini.

Usia Kevin mungkin baru 17, tapi ia diketahui sudah memiliki pengalaman di industri bisnis kuliner. Dilansir dari mothership.sg (16/12), Kevin awalnya memang bermimpi punya usaha kuliner kaki limaan sendiri. Siapa sangka hal tersebut menjadi kenyataan ketika teman ibunya mencari sosok yang bisa bertahan menjalankan bisnis kaki lima tersebut.

ADVERTISEMENT

Kevin lalu mengambil alih bisnis ini bersama rekannya. Awalnya laki-laki 17 tahun itu akan membagi biaya hasil dan segala keperluan di gerai sebanyak setengah atau 50-50 bersama rekannya.

Namun rekannya ternyata sudah memiliki pekerjaan lain yang membuatnya tidak bisa kabur dari pekerjaan tersebut di siang hari. Hal ini pun membuat Kevin mengoperasikan bisnis kulinernya sendiri.

Bangun Jam 4 Pagi Tiap Hari, Anak 17 Tahun Ini Giat Jualan Bubur Kaki LimaIni dia Kevin, laki-laki 17 tahun yang membuka usaha kuliner. Foto: Mothership.sg

Bisnis kuliner yang dibangun bernama Fu Ying Porridge. Lokasinya di pintu Jurong West, Singapura. Sesuai namanya, Kevin menawarkan hidangan bubur spesial yang disajikan dengan beberapa macam topping, seperti ikan dan sotong.

Sejak gerai buburnya dibuka pada 10 November lalu, kehidupan Kevin tampaknya menjadi sangat sibuk. Sehari-hari ia bangun pukul 4 pagi. Jam 5 pagi ia pun sampai di lokasi gerainya.

Mulai dari pukul 5 sampai 7 pagi, Kevin akan menyiapkan bahan-bahan terlebih dahulu, termasuk mengiris daun bawang, menggoreng bawang merah, dan memasak bubur. Ia juga perlu menyiapkan kaldu serta menggoreng lemak babi di hari sebelumnya.

Lalu warungnya dibuka dan Kevin harus melayani pelanggan sampai pukul 2 siang. Sampai jam 2 tersebut, ia pun berusaha untuk menjual mangkuk sebanyak yang ia bisa.

Beruntungnya warung bubur milik Kevin mendapat ulasan positif dari banyak pelanggan. Hal tersebut dapat dilihat lewat ulasan Google di mana beberapa memberinya bintang 5, dalam hal pelayanan hingga rasa makanan.

Menurut Kevin rasanya buburnya menjadi enak karena ia hanya menggunakan bahan-bahan segar. Hal ini terutama berlaku untuk varian bubur sotong yang mudah dikunyah dan dinikmati oleh lansia.

Bangun Jam 4 Pagi Tiap Hari, Anak 17 Tahun Ini Giat Jualan Bubur Kaki LimaKevin menjual bubur dengan aneka topping.
Foto: Mothership.sg

Salah satu pelanggan memberi komentar kalau warung bubur milik Kevin bisa dinobatkan sebagai terbaik yang pernah ia coba. Menurut pelanggan tersebut buburnya lembut, kaya rasa, dan teksturnya tidak cair.

"Harganya terjangkau, porsinya tepat, dan pelayannya selalu melayani dengan sikap yang sopan. Simple, bikin nyaman, dan selalu konsisten," lanjut komentar netizen ini.

Mungkin cita rasa bubur yang disajikan Kevin telah banyak mendapat pujian. Tetapi bocah 17 tahun ini tidak mau berhenti belajar dan berkembang supaya lebih baik. Kevin suka berkeliling gerainya lalu bertanya dan meminta masukan dari pelanggan terkait apa saja yang kurang atau perlu diperbaiki.

Komentar yang ia dapat pun tidak selalu baik. Menurutnya sempat ada seorang ibu-ibu mengungkap kalau rasa buburnya sama saja dengan kompetitor. Pelanggan tersebut menyarankan agar Kevin menambah sedikit gula batu. Akhirnya Kevin mengikuti saran ibu tersebut dan kini terlihat ada beberapa stoples gula batu di gerainya.

Tentu akan selalu ada masalah terkait rasa atau masakan buburnya. Namun untuk saat ini Kevin tetap akan menggunakan resep yang paling banyak disukai pelanggan.

Kevin mungkin putus sekolah, tetapi ia terbilang sukses membangun usaha bisnis kuliner sendiri. Ia pun mendapat banyak dukungan dari keluarganya.

Ketika membangun gerai kaki lima ini, Kevin menggunakan sebagian besar tabungannya yang ia dapat dari pekerjaan paruh waktu sebelumnya.

Warung buburnya mungkin disukai banyak orang, tetapi penjualannya tidak sebaik yang dikira. Ia belum mendapat cukup banyak pelanggan.

Dalam sehari Fu Ying Porridge bisa menghasilkan S$150 atau sekitar Rp 1,9 juta. Tetapi ketika penjualannya rendah, ia hanya mampu menghasilkan S$100 atau sekitar Rp 1,2 juta. Saat kondisi seperti inilah Kevin berpikiran untuk berhenti.

Keadaan menjadi sangat buruk sehingga dia bahkan berpikir untuk mengurangi atau mengubah resep untuk menurunkan biaya. Dengan harga sewa, bahan-bahan, dan biaya lain-lain, Kevin memperkirakan dia perlu menjual bubur sampai hasilnya sekitar S$300 sehari (Rp 3,8 juta) supaya impas dan tidak rugi.




(aqr/adr)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads