×
Ad

Hobi Memotret Makanan? Ternyata Ini 5 Alasannya Menurut Ahli Psikologi

Diah Afrilian - detikFood
Minggu, 19 Okt 2025 13:00 WIB
Foto: Getty Images/nazar_ab
Jakarta -

Sebelum makan, banyak orang senang mengabadikan foto makanan mereka. Ternyata ada lima penjelasan dari sudut pandang psikologi terkait fenomena tersebut.

Sebelum menyantap hidangan, banyak orang kini refleks mengambil ponsel dan memotret makanan di depan mereka. Fenomena ini bukan sekadar tren, melainkan bagian dari gaya hidup digital yang terus berkembang.

Bukan hanya food blogger atau influencer, bahkan masyarakat umum pun gemar mengabadikan setiap hidangan yang terlihat menggugah. Ternyata para psikolog juga menyadari fenomena tersebut dan memiliki sudut pandangnya sendiri. Konon ada alasan dibalik aksi seseorang yang senang memotret makanan.

Berikut ini 5 alasan orang senang memotret makanan dilansir dari berbagai sumber:

Estetika visual dari penyajian makanan menjadi alasan banyak orang senang memotret makanan. Foto: Getty Images/nazar_ab

1. Estetika Visual

Makanan bukan hanya soal rasa, melainkan juga tampilan. Warna-warna cerah, plating yang cantik, hingga tekstur yang menarik membuat banyak orang tergoda untuk mengabadikannya.

Foto makanan yang indah bisa memberi kepuasan visual tersendiri, bahkan sebelum dicicipi. Dalam dunia digital, estetika visual punya daya tarik kuat.

Satu foto makanan dengan pencahayaan alami dan komposisi yang pas bisa menarik perhatian ratusan orang di media sosial. Kegiatan ini juga dilihat psikolog sebagai bentuk apresiasi terhadap seni kuliner dan kreativitas sang chef atau barista.

2. Ekspresi Diri

Memotret makanan kini dianggap sebagai cara mengekspresikan diri. Melalui unggahan makanan, seseorang bisa menunjukkan preferensi rasa, gaya hidup, hingga kepribadian.

Misalnya, mereka yang gemar minum kopi di kafe minimalis cenderung memiliki gaya hidup santai dan estetik. Sementara yang sering memotret street food menunjukkan jiwa petualang kuliner sejati.

Setiap foto makanan punya cerita, tentang momen, tempat, dan suasana hati di baliknya. Fenomena ini juga dianggap psikolog sebagai cara mengekspresikan diri dengan kreatif pada jalan yang positif.




(dfl/adr)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

detikNetwork